Tuesday, March 20, 2007

Kisah Hikmah (dari Ayah juga...)


BARU PENGANTIN BARU SUDAH BERTENGKARLewat tengah malam, segerombolan perampok mulai beraksi. Setelah berkelilingdesa, mereka mendapati sebuah rumah dengan pintu seperempat terbuka. Aha!Ini mangsa yang tak boleh dilewatkan. Saat masuk, mereka melihat banyak sekali kado. Wah, rupanya di rumah inibaru saja ada pesta besar, demikian pikir mereka.Tak mau berlama-lama,mereka pun mulai bekerja. Kado-kado berikut TV dan kipas angin yang ada diruang tamu langsung mereka gotong. Dari ruang makan, kulkas dan peralatanmasak yang masih baru-baru habis mereka gasak. Ketika masuk ke kamar, mereka tercengang. Terpampang jelas sosok sepasangmanusia sedang berbaring saling memunggungi. Tapi kok diam kayak patung,tidak bergerak sama sekali. Siapakah mereka? Apakah mereka pemilik rumah?Saat pandangan mereka berkeliling, terlihat baju pengantin. Mereka barusadar, rupanya ini rumah pengantin baru. Karena berpacu dengan waktu,gerombolan itu pun beraksi tanpa memedulikan keduanya. Baju pengantin, kotakperhiasan, dan perkakas lain tandas disikat. Kisah ini dimulai pagi tadi: sepasang kekasih menikah di depan penghulu.Pesta besar pun berlangsung, suasana begitu meriah. Tamu-tamu berdatangan,mereka makan, minum, menari, bergembira merayakan sukacita besar ini. Malam pun tiba. Tetamu sudah pulang. Tinggallah kedua pengantin. Karenaberpesta seharian, mereka kelelahan, memasuki kamar, lalu naik ke ranjang.Belum apa-apa, terdengar derit pintu depan tertiup angin. Si suami ingat,pintu memang belum ditutup. Berkatalah ia, "Sayang, pintu depan belumdikunci. Turun dong sebentar dan tutup pintunya." Tetapi istrinya menjawab, "Kamu ini gimana sih, aku kan capek, kamu aja yangturun.""Kamu ini istri apaan sih? Baru beberapa jam jadi istriku, sudah beranimembantah. Emangnya kamu siapa, hah? Hayo, tutup pintunya," balas si suamidengan suara tinggi.Si istri tak mau kalah dan dengan kasar ia menyembur, "Sialan kamu, baruberapa jam jadi suamiku, sudah kayak raja memerintah seenak perut,membentak-bentak lagi. Emangnya aku budakmu, apa?"Mereka pun bertengkar panjang sambil mempertahankan argumentasimasing-masing, siapa yang seharusnya menutup pintu.Tak tahan, akhirnya si suami berkata, "Sudah, sudah, aku capek. Beginiaja: kita saling diam, dan siapa yang duluan ngomong, dia harus menutuppintu."Mereka berdua pun menutup mulut rapat-rapat. Mereka pura-pura tidur, namunsebenarnya keduanya tidak bisa tidur karena saling mengintip, salingmenunggu, siapakah yang bakal kalah dalam pertarungan ego ini.Ketika perampok itu sudah pergi agak jauh, si istri tidak tahan lagi lalumenyemburkan makian penuh amarah, "Lelaki guooobloook! Kamu gimana siiih?Sudah tahu rumah dirampok, masih aja diam kayak bangkeee!"Tetapi si suami menjawab tenang dengan perasaan puas, "Haaa, aku menang!Sekarang, kamu turun! Tutup pintunya!" * * *Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari cerita ini. Namun satu aspek sajayang ingin saya sampaikan: maulah sedikit repot, turun tangan mengerjakantugas-tugas yang patut dikerjakan, dan janganlah saling melempartanggungjawab. Ketika pengantin malang tersebut berjanji sehidup-semati, pasti tidak adakontrak yang berisi job description yang rinci: siapa harus menutup jendela,mengunci pintu, mengambil air, melipat selimut, memasak nasi, dan berbagaitugas rumahtangga lainnya. Tetapi karena keduanya kebetulan pemalas dan suka melempar tanggungjawab,dalam kelelahan mereka, masing-masing mengharapkan pasangannyalah yang seharusnya mengerjakan ini dan itu. Tak terhindarkan, kejadian tragis diatas pun terjadi. Bukan cuma itu, seluruh kebahagiaan mereka sebagaipengantin baru lenyap begitu saja.

No comments:

Post a Comment