Tuesday, July 27, 2010

Cemburu


Aku Cemburu...

Kepada pribadi yang akrab dengan tilawah dan gemar menghafal qur'an
kepada hamba-Nya yang qiyamul
lailnya tidak pernah terlewatkan
kepada dia yang merindukan disambut di pintu Ar-Royyan karena gemar puasa sunnah
kepada sosok dermawan yang tak segan mengulurkan tangan dan hartanya untuk orang yang membutuhkan...

Ya..aku benar-benar cemburu!!!
kepada mereka:
yang selalu komitmen pada ketaatan
yang selalu bersegera menyambut kebaikan
yang waktunya tidak pernah terlewatkan dengan hal yang menyiakan
yang kehadirannya menyebarkan aroma kesholihan
yang akhlaknya memancarkan pesona surga idaman
yang namanya terkenal di seantero langit karena sering diceritakan dan didoakan oleh para malaikat karena keta'atannya...

Lalu aku berkaca pada diriku, dimanakah posisiku???
Terkadang kesempatan itu datang,..

Adalah kenikmatan yang tiada tara ketika di tengah malam Engkau perkenankan hamba berkhalwat hanya denganMu berdua..syahdu,dan indah terasa....merangkai doa dan asa,menghimba ampunan atas khilaf dan dosa, mencurahkan segala beban dan perasaan yang menggelora...

Adalah kebahagiaan yang tidak terganti ketika setiap senin-kamis berjumpa dengan gema azan magrib menyambut buka puasa setelah seharian bersabar menahan haus dan lapar, menjaga hati dan diri dari sesuatu yang tak berarti...

Adalah suatu ketentraman yang bersemayam di hati yang Engkau hadirkan saat tilawah ayat -ayat panjang dari surat cintaMu kulantunkan...

Tetapi terkadang heran kenapa untuk semua keindahan itu, jarang sekali aku bertahan...Meskipun aku tahu di setiap ketaatan yang kulakukan selalu berbuah KELEZATAN IMAN yang Engkau berikan...

Robbi,,,betapa inginnya aku seperti mereka...tapi apa daya,hanya sedikit yang hamba bisa...begitu berat hamba berjuang melawan MALAS, berpaling dari bisikan-bisikan syetan...menjauh dari godaan dunia yang melenakan..

Ya Allah yang memberi kekuatan...karuniakan kepada kami taufik dan hidayah-Mu,mudahkan hati jiwa dan raga kamu untuk melakukan ketaatan...dan hindarkan diri kami dari kemaksiatan sekecil apapun...
Selengkapnya...

Sunday, July 25, 2010

A journey to Find My Soulmate


Akhir Desember 2005,masih teringat saat itu adalah saat pertama menerima bidata mu dari murobiyyahku tercinta.

Mesjid Al Gifari Bogor, sebuah ruangan kecil di samping mesjid, hijab kain sebagai penghalang dan kawalan sang murobbi dan murobiyyah adalah saksi bersejarah ta'aruf pertama. Satu jam yang menghadirkan berjuta rasa, menjawab sejuta "ragu" yang selama proses begitu mengganggu. Iya karena dirimu seorang yang baru dalam hidupku, seorang ARTHUR SINGGIH!!! wujudnya saja baru kutahu hanya dari selembar pas foto dalam biodatamu(pas taaruf wujudmu yang asli pun aku tak tahu karena terhalang hijab) Sedangkan sifat dan karaktermu ?, mana kutahu? Dengan modal kepercayaan kepada sang murobiyyah dan jawaban atas istikharoh2 ku yang menenangkan serta jawaban -jawabanmu yang meyakinkan,kuputuskan taa'ruf itu kulanjutkan.

Keseriusanmu kau tunjukkan dengan selang seminggu kau datang ta'aruf keluarga di Cianjur meski dengan nyasar-nyasar karena hanya berpedoman alamat pada kertas selembar.Tahukah engkau hanya butuh 1 jam saja aku persentasi biodatamu, kedua orangtuaku begitu mudahnya setuju.

Begitu pun dengan orang tuamu ternyata menunjukkan respon yang positif saat aku dan murobbiyahku berta'aruf ke kedua orang tuamu di Jakarta.

Januari 2006, kuterima khitbahmu. Kita dan kedua orangtua sepakat menunjuk Februari sebagai hari bersejarah itu. Satu bulan itu adalah hari-hari yang melelahkan untuk persiapan. Dengan perbedaan jarak antara Bogor, Cianjur dan Jakarta kita hanya keep contact just on phone saja dengan bahasaku yang datar, serba singkat, padat ,jelas dan sedikit tegas. Hingga baru kutahu saat itu kau menganggap diriku "akhwat judes dan galak". Padahal insyaAllah saat itu hanya berniat "menjaga hati" saja.

Februari 2006,,,semakin hari semakin deg-deg-an...Pertolongan Allah begitu dekatnya, sehingga perbedaan jarak Bogor-Cianjur-Jakarta yang jauh dengan komunikasi by phone yang seadanya tidak menjadi penghalang bagi semua persiapan. Semuanya begitu Allah mudahkan. Hemmmm...Jika dihitung2 pertemuan kita menuju ke sana ternyata hanya 4 kali saja, saat ta'aruf pertama, ta'aruf keluarga di Cianjur, Ta'aruf keluarga di Jakarta dan terakhir bertemu saat khitbah di Cianjur. Asli saat itu benar2 wajahmu masih belum hafal kalau papasan di jalan kayaknya bakal ngga kenal deh...

Minggu, 12 Februari 2006 tepatnya...Tibalah hari bersejarah itu. Entah kenapa cuaca sangat cerah hari itu, hingga pada acara inti kita amat sangat kepanasan, padahal hari-hari sebelumnya selalu dihiasi hujan. Pukul 14.00 acara akad dimualai...it's like a dream that I have been Arthur Singgih wife'S...Tak terlukiskan dan terangakai dengan kata tentang berjuta rasa yang hadir saat itu...Yang jelas syukur dan syukur yang kupanjatkan...karena telah dipertemukan denganmu SEORANG yang masih MISTERIUS bagiku saat itu....dengan segala kemudahan yang Allah berikan dan kesucian proses yang kita jaga dari sejak awal sampai saatnya tiba....

Setelah hari itu, adalah hari-hari pertama kebersamaan kita. "Pacaran" mungkin istilah terkenalnya. Tapi cara kita berbeda dari orang kebanyakan karena kita lalui setelah akad pernikahan diikrarkan.

Do you still remember about "Puncak Storry"?Senin malam, hujan lebat, naik ojeg, naik bis, nyari villa, saat itu bagiku pertama kalinya jalan bareng dengan pria yang baru dikenal, malem-malem pula...Cerita di Villa, biarlah menjadi rahasia kita berdua yang akan menjadi kenangan yang tidak akan terlupa...

HAri selasanya, dibawa kabur ke Jakarta...Pertama kali menginap di rumah mertua..deg2an,takut, segen,canggung dsb...Singkat cerita seminggu di sana...

Parung Bogor,tempat kita berpetualang pertama...Dengan semangat 45 kau tempuh jarak bogor jakarta setiap hari dengan motor saja , tanpa menghiraukan rasa cape dan pegel yang melanda, belum lagi kalau hujan menyapa alamat motor dan sepatumu kotor semua dan pulang dengan baju berbasah ria...Sabtu-Minggu kita berkunjung ke Jakarta..Hemmm...Hari-hari penuh puisi2 dan sms cinta...BTW, kemana lagi yah pusi-pusinya,seperti hilang di telan masa...

Berbagai memori indah terangkum di sana, parung, kontrakan tercinta. Meski kecil tapi penuh kehangatan,kasih sayang dan cinta. Menjalani aktifitas dengan padat merayap, belajar menjadi istri yang sesungguhnya,,pulang mengajar, memasak, mencuci dan setrika..tak jarang di sela keletihan, dirimu masih sempat membantu meringankan membilas cucian atau menjemur pakaian, begitu terasa indahnya kebersamaan... Meski berhadapan dengan bu Nisroun ibu kontrakan yang amat rese tapi ada juga tetangga yang baik hati, sering menolong, sangat peduli juga dikelilingi anak-anak kecil yang lucu2 dan mungil2 ...Dan satu lagi yang tak pernah terlupa,,,tes pack pertama ku di sana..I can't believe that I wiil be a mother so faster...Tapi terlihat dirimu begitu bahagia mendengarnya...Mulailah syndrome hamil datang...mulai pilih makanan alias males makan...

masih bersambung ceritanya...

Nah...Mumpung ada kesempatan,mari sambung kembali ceritanya ...
Ceritanya sampai di awal kehamilan..rencana hidup kita berubah total..karena perjalanan Bogor-jakarta sangat tidak realistis untukmu..akhirnya, aku mengalah saja,..kita tinggalkan Bogor, pindahan mengungsi ke jakarta dengan tujuan kontrakan Condet tercinta,,,

sebuah kontrakan yang sederhana yang menjadi saksi beribu cerita...perjuangan melamar pekerjaan kembali, dan syndrome hamil yang silih berganti berdatangan,...males makan, muntah dan mual, kepala keleyengan,pengennya tiduran, sampai hati sensitiv-an.. Subhanalloh di sinilah teruji "kesabaran" mu...menghadapi istrimu yang tiba2 sangat drastis berubah, sampai istrinya sendiri bingung dengan perubahan yang terjadi pada dirinya ...mungkin ini yang disebut"nikmatnya" menjadi seorang ibu...perjalanan sembilan bulan yang penuh perjuangan...meski begitu "berat" tapi semuanya terasa lapang karena selalu ada dirimu yang selalu menguatkan, memberi dukungan, curahan perhatian dan semua pengertian...

Dan sampai hari ini, sudah 4 tahun perjalanan...Robbi, terimakasih telah Engkau hadirkan dia untukku...sebuah kejutan terindah yang pernah Engakau berikan...Dia yang selalu setia menemani hari-hariku,dia yang selalu mendukungku,,,dia yang selalu sabar megahdapi segala kehilafan dan sifat kekanak-kanakanku...Dia yang selalu berempati padaku..ya dia yang kutahu,,,selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku...






Awal Aku memilihnya bukan karena aku mencintainya tapi karena ketenangan yang "menyelinap" saat bertemu ta'aruf pertama kali dengannya...


Awal Aku memilihnya bukan karena aku mencintainya
tapi karena sebuah ketetapan hati yang Alloh kirimkan padaku lewat istikharah2ku...

Awal aku memilihnya bukan karena aku mencintainya,
tapi karena aku YAKIN bahwa Alloh yang memilihkannya untukku...
sehingga Dia akan tumbuhkan CINTA diantara kami berdua...

Dan kini, tahun demi tahun telah berjalan...
begitu banyak perhatian, kasih sayang dan pengorbanan yang ia berikan
sehingga membuatku selalu merasa sangat yakin dengannya...

kini, aku begitu rindu bila sehari saja tak bertemu, bahkan aku begitu takut membayangkan jika kehilangan dirinya...

Banyak darinya yang ku kagumi,memumupuk cinta semakin bersemi...

Alloh, inikah rasa yang Engkau janjikan kepada dua orang yang engkau tautkan dalam ikatan suci pernikahan, jika iya...beri kami kekuatan untuk selalu menjaganya dan bimbinglah kami agar dengan cinta ini kami dapat manaiki titian tangga-tangga cintaMu yang hakiki..
Selengkapnya...

Sunday, July 18, 2010

Belum Ketemu Judul


Hem,.. pengen banget nulis tentang fenomena kiprah akhwat baik pra maupun pasca nikah, terutama akhwat pasca nikah yang tenggelam alias ngelelep tidak terdeteksi lagi keberadaannya (eitt.. tapi tunggu,ada juga lho akhwat yang belum nikah yang perlahan tenggelam dengan sendirinya),atau ada juga akhwat yang masih LQ tapi jiping alias ngaji kuping doang, tidak membina dan tidak terlihat atau terasa kontribusinya. Jadi pengen tahu penyebabnya. Sementara itu, banyak juga akhwat-akhwat ummahat yang istiqomah, bahkan semakin eksis, jam terbangnya tetap tinggi meski sudah ada suami,banyak buntut alias momongan,dan urusan2 rumah tangga yang tentu saja menambah daftar panjang amanahnya. Jadi pengen tahu RAHASIAnya...Sepertinya harus ada riset agar lebih akurat hasilnya atau seminar dengan mengundang pakar yang ahli untuk mengupas tuntas bahasannya. Biar kita semua bisa mengambil ibrohnya..tul nggak?(www.kalapenasaranmelandapikiran.com) Selengkapnya...

Tuesday, July 13, 2010

Ceritanya Belajar Nulis biografi...





















Nama saya Lilis Wiarsih, terlahir 30 tahun yang lalu pada hari Sabtu siang waktu tepatnya kurang tahu, tanggal 7 Mei 1980. Saya terlahir
dari keluarga yang sederhana di sebuah kota yang bernama Cianjur Jawa Barat.
Hasil pernikahan seorang mama bernama Kartini dengan seorang ayah bernama Jajat Sudrajat. Saya memiliki darah sunda karena kedua orang tua berasal dari daerah sunda yaitu Tasikmalaya (makanya nama dan wajah saya asli sunda sekali). Filosofi nama saya menurut orang tua adalah lilis dalam bahasa sunda berarti geulis jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti cantik.Dengan nama itu kedua orang tua berharap saya menjadi seorang yang “cantik” baik secara fisik maupun hati yakni memiliki kepribadian yang “cantik”.Sedangkan wiarsih adalah nama yang sedang trend (jadul alias jaman dulu) di daerah sunda di jaman itu.

Penampilan fisik saya secara umum adalah sedang dalam artian tidak tinggi dan tidak pendek untuk ukuran wanita (tinggi badan sekitar 156 cm), dengan berat badan 58 kg. Setelah melewati masa-masa melahirkan memang berat badan saya sangat tidak ideal dan sedang berusaha untuk mengidealkan kembali walaupun dengan perjuangan yang agak berat(jadi curhat). Berkulit sawo matang, wajah agak bulat, pipi agak cabi dan hidung tidak terlalu mancung( pesek banget juga ngga), alhamdulillah bergigi rapi meski agak kurang putih tapi dari kecil gigi saya termasuk yang sehat dan kuat terbukti dari tidak pernahnya mengalami gangguan sakit gigi. Ciri khas saya dapat terlihat dari tahi lalat hitam berukuran agak besar yang bertengger di sebelah kiri atas dagu /mulut. Mata saya agak sipit, makanya tidak heran ketika mahasiswa dulu di kosan sering dipanggil liliang tow tow karena agak mirip-mirip Cina sedikit kalau dibuka jilbab. Rambut saya lurus hitam, tebal, kalau dulu waktu SMP karena sering perawatan dengan ramuan tradisional sering dibilang temen-temen mirip rambut Sun Silk. Meskipun julukan itu sungguh tidak mewakili jika diberlakukan untuk saat ini( ngaku aja ya, lurusnya sih tetep,cuma kalau hitam dan tebal sudah tidak lagi). O iya , Alhamdulillah sejak kelas 2 SMP saya sudah berjilbab sampai sekarang. Awal dulu memutuskan untuk berjilbab karena terinspirasi oleh sepupu perempuan saya, teh Ating. Ceritanya beliau itu idola saya banget. Selain pintar, aktif dan sebagainya, sehingga apa pun yang beliau pakai, beliau kerjakan selalu saya tiru.Terimakasih kepada teh Ating melalui perantaranya hidayah Allah datang pada saya. Sampai akhirnya saya merasa nyaman dengan jilbab dan akhirnya memahami sepenuhnya tentang kewajiban berjilbab bagi seorang muslimah.

Mama saya bernama Kartini, pokoknya gampang untuk mengingat karena mirip dengan salah satu pahlawan wanita kita. Pekerjaan mama adalah ibu rumah tangga biasa yang sehari-harinya mencurahkan perhatian untuk kepentingan suami dan anak-anaknya. Mama menikah dengan ayah di usia muda, katanya 13 tahun, saat pertama haid di usia itu. Dan berbeda usia sepuluh tahun dengan ayah saat itu. Mama saya berperawakan tinggi putih, pokoknya reflika saya banget deh (tapi saya ga putih), malah kalau sekarang jalan bareng sering dibilang adik kakak, mungkin karena mama menikah muda jadi perbedaan usia tidak begitu kentara (atau memang muka saya yang keliatan tua, he2,,,). Mama saya seorang yang lembut, meski kadang agak sedikit cerewet kalau sedang lelah (sekarang sih memahami dan merasakan ketika sudah menjadi ibu). Satu kebiasaan yang sering dilakukannya sampai sekarang yang menginspirasi saya adalah sholat malam. Kebiasaan sholat malamnya menular kepada saya sejak kelas 2 SMP. Sejak saat itu, setiap saya akan mengahadapi ulangan pasti saya akan melakukan sholat malam, yang biasanya dilanjutkan dengan belajar hafalan, karena terasa sekali waktu sebelum subuh memang waktu yang kondusif untuk belajar yang akhirnya menjadi penetapan waktu terbaik saya untuk belajar sampai kuliah. Mama mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar, kata mama sih dengan menyesal mama mengisahkan bahwa beliau tidak melanjutkan sekolah bukan karena kurang biaya namun karena kurangnya kemauan, maklum di jaman itu anak yang berpendidikan sampai ke jenjang atas amat sangat bisa dihitung bahkan mungkin tidak ada daerah mama saat itu. Pada zaman itu anak perempuan tidak usah sekolah tinggi, yang penting bisa di dapur, nyambel dan sebagainya. Jadi dengan penyesalan itu menjadikan beliau bertekad untuk menyekolahkan anaknya minimal sampai sarjana.

Ayah saya bernama Jajat Sudrajat, pekerjaan ayah adalah wirausaha membanting tulang menghidupi keluarga. Perawakan ayah bisa dibilang pendek untuk ukuran lelaki kalau sama mama tingginya hampir sama, tapi kalau mama pakai selop tinggi, kalah deh tingginya,mungkin itu salah satu alasan mama tidak pernah mau pakai selop tinggi selain karena pegel (maaf, tidak penting ya?), kulit sawo matang dan berambut lurus. Ayah saya seorang fighter karena dari usia 2 tahun beliau sudah ditinggal kedua orang tuanya. Beliau dan dan keenam saudaranya diurus oleh bibinya (adik dari ibunya) yang sering diperlakukan seperti anak tiri. Untuk keperluan sekolah saja ayah dan keenam saudaranya harus berjuang mencari uang sendiri padahal saat itu kedua orangtuanya meninggalkan mereka dengan keadaan yang berkecukupan. Namun semua harta peninggalan dikuasai oleh bibinya tersebut. Jadilah mereka bertujuh hidup seadanya. Bagaimana melanjutkan sekolah,untuk makan saja pun mereka susah. Seperti cerita sinetron di televisi yang judulnya ibu tiri. Kejam memang terdengarnya. Tapi Alhamdulillah atas karunia Allah SWT, kehidupan ayah dari mulai berumah tangga sampai sekarang berangsur-angsur membaik. Dan kisah hidup ayah inilah yang selalu menginspirasi saya untuk bersungguh sungguh menjalani setiap fase kehidupan. Dan ayah lah yang mendukung saya untuk terus melanjutkan sekolah sampai perguruan tinggi dan mengaharuskan saya untuk bekerja dan berpenghasilan sendiri.

Dalam keluarga, saya adalah dua bersaudara, adik saya laki-laki terpaut umur sepuluh tahun dengan saya. Waktu itu sempet dibilang anak tunggal tapi tidak jadi. Saking inginnya anak laki-laki, waktu itu mama dan ayah sempet akan mengadopsi anak. Tapi alhamdulillah Allah memberikan rezeki dengan lahirnya adik laki-laki yang diberi nama Toto Winarto. Untuk filosofi nama saya kurang tahu yang pasti jawa banget. Karena perbedaan usia yang sangat jauh, dan kebersamaan kami yang jarang (karena sejak SMA sampai kuliah saya ngekos di luar daerah) maka hubungan kami tidak begitu dekat. Tapi Alhamdulilah baik-baik saja, dan adik saya termasuk yang paling penurut terhadap saya dibandingkan kepada orang tua. Adik saya sekarang sudah 20 tahun, beliau memilih tidak kuliah tetapi berwira usaha bersama dengan ayah.

Masa kecil saya bisa dibilang menyenangkan meski agak-agak sedikit terbebani. Merasa terbebani karena ceritanya alhamdulillah dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 sekolah dasar, saya selalu mendapatkan peringkat pertama, saat itu bagi saya dan keluarga khususnya sepupu-sepupu, peringkat setelah peringkat satu itu adalah “aib”. Jadilah seperti bawa beban segede gunung, untuk mempertahankan mati-matian yang namanya peringkat satu. Untuk kedua orang tua sih, mereka mengaku senang karena dengan sendirinya tidak usah susah payah menyuruh anaknya belajar, karena sejak kelas satu saya sudah terbiasa belajar dan mengerjakan PR sendiri (sebenarnya sih alasannya bukan karena kesadaran tapi karena ketakutan tersaingi ).Dan satu lagi yang jadi beban adalah karena seumur-umur di SD pasti jadi ketua kelas harus ngatur temen-temen sekelasnya yang super-super bandel. Untungnya semua itu tidak serta merta menghilangkan masa-masa indah bermain dengan teman-teman kecil. Hobby saya dan teman-teman adalah bermain masak-masakan, sampai bunga-bunga kesayangan mama yang ada di depan rumah sering gundul gara-gara dipetik, diiris-iris dijadikan masakan warna warni. Hobby ini mungkin menjadi salah satu alasan yang melatarbelakangi saya masuk jurusan kimia, hobi ngeracik-racik daun dsb. Permainan lain adalah bongkar pasang, boneka-bonekaan, rumah-rumahan, putri-putrian, permainan karet dan sebagainya. Dan satu lagi hobby saya yang masih inget sampai sekarang adalah berenang di empang yang kata mama butek dan kotor (kalau kata kami sih enjoy-enjoy saja), walaupun dengan gaya berenang bisa dilakukan adalah gaya batu dan gaya tenggelam(dan sampai sekarang pun tuh gaya berenang yang benar belum bisa juga). Untuk hobby yang satu ini, sangat perlu perjuangan, harus curi-curi jangan sampai ketahuan mama, karena sebenarnya dilarang keras berenang di empang dengan alasan air butek dan kotor yang tidak bagus untuk kesehatan juga bikin ikan di empang mabok karena diubek-ubek oleh anak-anak. Tapi justru yang dilarang itu yang menyenangkan dan berkesan bukan…(maksudnya?)

Waktu kecil saya tidak pernah kenal TK,karena Saya langsung masuk SD, SDN Jati 1 yang berjarak lumayan jauh dari rumah bisa menempuh setengah jam dengan jalan kaki. Di sekolah, saya termasuk murid kesayangan guru terutama yang menjadi wali kelas. Saya tergolong anak yang penurut, sangat senang bila disuruh ini itu oleh guru, seperti kebanggaan tersendiri di masa itu. Kata guru sih saya termasuk murid dengan multitalenta (he2…padahal sih engga banget…), karena menurut mereka selain saya juara di kelas, saya juga sering ikut perlombaan mengarang, menggambar, lomba minat baca, olah raga vollly dan bulutangkis sampai tingkat kabupaten, tetapi hanya nyanyi saja yang membuat saya mati gaya, itu mah sudah bakat dari alam tidak bisa dirubah tetep aja suara pales, paling banter ikut vocal group kalau solo mah dijamin selalu tidak lolos audisi. Nah kebiasaan saya yang buruk hingga sekarang itu adalah pendiam (tapi kalau kata suami sih sudah bawel, apalagi kalau sedang menghadapi si kecil yang lagi rewel,…maksudnya?) ,tidak berani mengeluarkan ide atau pendapat alias kurang PD an dan gampang panik

Dengan modal lulus SMP dengan NEM peringkat kedua tertinggi sekabupaten, sepupu di Tasik, berhasil “mengompori” saya untuk masuk SMA terfavorit di sana. Jadilah saya mengembara sekolah di SMA 2 Tasikmalaya dengan modal nekad pisah dengan ortu dan numpang di rumah saudara. Babak baru pun dimulai, betapa sulit saya beradaptasi dengan lingkungan yang serba baru,di daerah baru dengan keadaan yang harus serba mandiri. Alhasil di semester pertama rapot saya jeblok, tidak ada peringkatnya! Bagi saya itu adalah tamparan yang luar biasa dan aib tiada tara, sejak itu setiap waktu saya tak pernah lepas dari buku, belajar dan belajar setiap waktu. boleh dibilang saya kehilangan “masa muda” dengan menghabiskannya untuk belajar dan belajar. Alhamdulillah kegigihan itu berbuah, di semester 2 saya berhasil merebut mahkota peringkat pertama (apa coba..), sampai wali kelas saya saat itu heran, jangan2 nih anak ada apa2nya bisa loncat tinggi. Dan pertanyaan tsb menjadi “warning”bagi saya untuk tetap mempertahankan peringkat pertama di semester-semester berikutnya. Hanya saja setelah masuk kelas 3 IPA, saya masuk kelas unggulan dan perlahan bintang pun cahanya meredup(apa coba….), di kelas 3 hanya dapat peringkat 5, tapi alhamdulillah yang penting bisa masuk ITB (singkat cerita aja ya, sudah kepanjangan, tidak dibahas lagi cerita berdarah-darah kenapa masuk ITB).

Tahun 1999, di ITB inilah sejarah bermula…terjebak dan terperangkap dalam indahnya hidayah (he2,bukan terjebak kali)…di sinilah berkenalan dengan yang namanya mentoring, Liqo, ikhwan dan akhwat. Merasakan nikmatnya qiyamul lail, damainya bertilawah, ikhlasnya berpuasa sunah, terbiasanya almatsurat dan dhuha, serta kebiasaan–kebiasaan baik lainnya. Benar benar merasakan bahwa hidup itu merasa bermakna.

Bertemu dengan orang-orang luar biasa, yang lisannya tak pernah berkata sia-sia, yang setiap waktunya berguna, yang pancaran wajahnya menyiratkan keikhlasan yang mengiringi segudang aktifitasnya, mereka yang beraktifitas tidak hanya kuliah saja tetapi dakwah yang mulia. Terkadang saya pernah merasa heran, apa mereka tidak pernah merasa lelah? sungguh setiap perbuatan mereka sudah cukup membuat saya terpana dan tergoda untuk mengikutinya. Dan jawaban atas LELAH mereka akhirnya telah saya temukan dengan sendirinya, bahwa dakwah ternyata menghadirkan KETAGIHAN tersendiri bagi para pelakunya, meski banyak masalah yang menguji setiap ikhlasnya niat dan kuatnya usaha, tetapi ada banyak “hiburan’ di sana , sungguh setiap kelelahan Allah gantikan dengan kenikmatan yang tak terkira (jujur deh,,,pasti sering ngerasa juga kan).

Empat tahun saya menjalani pendidikan di ITB, tenggelam dalam ketatnya mata perkuliahan, jadwal praktikum yang padat dan laporan praktikum yang amat super rese meresekan. Bayangkan saja, setiap minggu harus membuat 3 laporan praktikum dengan ketik secara manual (pake mesin ketik zaman dulu). Asli!! Dalam seminggu itu bisa tiga hari bergadang, belum lagi jika masa UTS dan UAS menjelang, dijamin bergadang dan bergadang. Selain itu amanah di keputrian rohis GAMAIS setiap program rutinnya menuntut untuk dilaksanakan, pernah di detik-detik menghadapi UAS, di saat yang lain berkutat dengan diktat perkuliahan, saya masih bersibuk ria telpon sana sini dengan urusan pembicara untuk kajian rutin keputrian. Benar-benar merasakan setiap detik waktu adalah hal yang sangat berharga. Alhamdulillah justru dengan keadaan yang demikian menjadikan saya semakin merasa bertambah dekat dengan-Nya. Di kampus ini sepertinya bintang bukan hanya cahayanya meredup bahkan mungkin sudah menghilang. Ah sudahlah, yang penting saya telah menemukan makna yang amat dalam dari sekedar perkuliahan dan IPK yang menjulang. Akhirnya dengan segala kemudahan yang Allah berikan, pada Oktober 2003 saya lulus dengan predikat cukup memuaskan.

Pasca keluar dari kampus tidak serta merta saya mendapat pekerjaan. Walaupun demikian, saat itu saya bertekad untuk menghentikan permintaan dana kepada orang tua, dengan alasan malu,cukup tidak cukup saya harus mencari nafkah sendiri. Jadi putar otaklah saya mencari sambilan untuk memenuhi kebutuhan harian secara mandiri. Sambil menunggu hasil wawancara dari lamaran-lamaran pekerjaan yang saya kirim. Saya pun mulai merambah dunia les Privat dari rumah ke rumah. Alhamdulillah hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa minta bantuan orang tua lagi. Dan saya pun mulai menikmati dunia mengajar. Sementara itu test demi test, wawancara demi wawancara yang saya lakukan dari kota satu ke kota yang lain, tidak juga menemukan sesuatu yang ideal. Ada tawaran yang menggiurkan, bekerja sebagai supervisor di pabrik, ah sepertinya repot untuk urusan ke depan, terlebih ketika sudah berumah tangga dan mempunyai anak, beban kerja yang berat di pabrik akan sangat menyita perhatian, waktu dan tenaga, saya khawatir tidak bisa tawazun terhadap suami dan anak-anak saya kelak. Akhirnya saya banting setir ke dunia pendidikan, karena tanpa sadar saya sebenarnya telah jatuh cinta kepadanya. Dan tantangan pertama pun saya jalani, saya diterima menjadi staff pengajar di sebuah SDIT ternama di Bogor.

Bogor, kota ketiga pengembaraan saya setelah Tasik dan Bandung tentunya. Saya mulai kerasan di sana dengan cuaca sejuknya yang bersahabat, menjalani hari demi hari dengan panggilan baru bernama bu guru.

Sebenarnya dunia guru sendiri adalah dunia yang baru bagi saya, karena latar belakang kuliah saya adalah bukan pendidikan (keguruan), tapi alhamdulillah di SDIT ini saya banyak menerima training-training yang bersifat keguruan karena memang sebagian besar guru yang terekrut di SDIT ini notabennya bukan berijazah pendidikan (keguruan) sehingga mereka meng up grade SDM nya dengan gencar melakukan training. Dan menjadi guru itu memang menyenangkan. Meskipun banyak kelelahan ketika berhadapan dengan murid yang sedang bandel-bandelnya, tetapi Ada rasa bahagia yang tidak akan terganti ketika murid-murid itu mengerti apa yang kita ajari, dan mendapat nilai yang tinggi.

Bogor. Kota yang mejadi saksi pertemuan saya dan dirinya (prikitiw….). Hanya dalam satu bulan saja, Allah memudahkan semuanya. Bermula dari tukar biodata lewat murobbi dan murobbiyah, berlanjut dengan taaruf di mesjid Al-Gifari IPB, taaruf keluarga dan khitbah di Cianjur, akhirnya 12 Februari 2006 resmi sudah saya menjadi istrinya. Sejak Pernikahan inilah akhirnya saya beranjak meninggalkan Bogor, murid-murid dan teman-teman tercinta diboyong ke Jakarta, tempat asal suami bermula.

Jakarta, kota yang semula sangat saya hindari. Ternyata Allah takdirkan saya berada di dalamnya. Jakarta oh Jakarta, sungguh berbeda dengan Bogor, Bandung,Tasik; kota-kota yang sangat bersahabat dengan cuacanya. Di Jakarta begitu panas, macet dan segala hiruk pikuknya, membutuhkan kerja keras saya agar bisa bersahabat dengannya.

Iya, perkenalkan suami saya Arthur Singgih namanya. Dialah pujaan hati saya insyaAllah untuk sekarang dan selamanya (swit ,,,wiw…). Sebuah nama yang unik yang mampu menggetarkan hati saya kala ta’aruf pertama (ciye2…). Seseorang yang Allah pertemukan dengan saya dari arah yang tidak pernah disangka. Dari biodata nya dulu, baru saya tahu beliau lahir 6 April 1979 yang lalu. Dari ibu yang bernama Juwirah dan ayah yang bernama Arief Syatibi. Beliau anak kelima dari enam bersaudara. Keturunan sunda dan jawa yang lahir di Jakarta.

Meskipun keturunan sunda-jawa, jangan berharap bisa berbicara sunda atau jawa kepadanya, asli tidak bisa. Begitu pun dengan penampilan fisiknya, jika bertemu dengannya orang menyangka seperti turunan Pakistan, atau India, padang atau sejenisnya. Dengan hidung mancung, mata sayu, alis tebal bentuk wajah sedikit oval, berkulit sawomatang, pokoknya ganteng lah! (kalau kata saya Saruk Khan bintang film India itu mah lewat deh,he2…). Suami saya bekerja sebagai karyawan swasta yang insyaAllah sedang merintis cita-cita menjadi pengusaha. Beliau ini seorang yang humoris sehingga bisa mengimbangi saya yang segala sesuatu sering dianggap serius. Prinsip hidupnya mengalir seperti air, berbeda dengan saya yang pada awalnya harus selalu sesuai target tapi sekarang sih berusaha mengalir juga karena ternyata sering merasa lelah dikejar target. Satu hal yang saya kagumi darinya adalah rasa empatinya yang dalam baik terhadap istri, anak, orang tua dan orang-orang di sekelilingnya. Beliau sering memposisikan dirinya sebagai orang lain, berusaha menyelami perasaan orang lain apalagi jika orang lain tersebut sedang berada dalam masalah sehingga menjelmalah dia menjadi sosok yang penuh pengertian terutama kepada istri, anak dan orang tuanya.

O iya, alhamdulillah sejak satu bulan menikah Allah telah mengamanahkan seorang anak di rahim saya. Sembilan bulan kehamilan pertama dilalui dengan penuh perjuangan. Mulai dari Mabok yang parah di trimester pertama. Rasa gerah, begah, pegal dan sejenisnya yang silih berganti mengahampiri sebagai efek samping dari meningkatnya beban berat calon si buah hati . Akhirnya atas izin allah SWT , 30 Desember 2006 , di Rumah sakit Sumber Waras , Sabtu jam 01.10 lahirlah putri pertama kami. Terciptalah sebuah nama untuknya Ayesha Azra Arafah. Ayesha adalah sebuah nama yang terinspirasi oleh kisah novel seoarang mujahidah palestina yang wafat dengan bom syahidnya. Azra artinya seorang yang ramah dan lemah lembut. Sedangkan Arafah sendiri diambil dari momentum kelahirannya yang bertepatan dengan 10 zulhizah atau hari arafah. Sekarang genap 3,5 tahun umurnya. Banyak orang berkata penampilan fisiknya mirip dengan ayahnya. Yang paling istimewa darinya adalah berat badannya, untuk anak seusianya dia termasuk anak yang bergizi lebih (berat 23 kg, tinggi 107 cm). Memang wajar, makannya saja hampir 2x porsi saya, belum lagi susunya yang kuat dan ngemil yang berat-berat. Uminya jadi bingung bagaimana membuat kurus buah hatinya, karena anak sekecil itu tidak mungkin untuk melakukan diet (susah nahan lapar, haus, dan ngemil) Satu yang unik darinya yang lain dari anak kebanyakan. Ketika makan sangat susah dihentikan, berkebalikan dengan anak lain yang selalu bersegera menghentikan makannya. Sifatnya yang menonjol yang tak lain warisan uminya adalah sensitif dalam artian mudah tersentuh dan mudah tersinggung. Di usianya yang sekarang Azra termasuk masih kolokan, belum bisa main sendiri masih bergantung kepada umi dan ayah, jadi memang agak-agak repot untuk urusan yang satu ini lumayan menghambat jika umi ayahnya sibuk.

InsyaAllah sekian dulu profil singkat saya, sebenarnya sudah kepanjangan ,semoga dengan ini bisa sedikit lebih mengenal siapa saya.
Selengkapnya...

Sunday, July 4, 2010

Islamic Teenage Camp











Napak tilas perjalanan ITC yang diselenggarakan pada hari sabtu tanggal 3-4 juli 2010 di villa baladegana,Gadok, Bogor dimulai dengan persiapan pemberangkatan. Peserta dan panitia diinstruksikan jam 6 pagi sudah berkumpul di dua tempat. Tempat pertama bis parkir di depan ITC roxy mas, tugasnya mengangkut peserta yang berasal dari Duripulo dan sekitarnya,untuk seterusnya bis akan bergerak ke jln. Biak menghampiri satu bis lagi di sana yaitu bis yang ditujukan untuk mengangkut peserta dari daerah Biak, Cideng,gambir,petojo dan sekitarnya. Jadi total bis untuk mengangkut peserta adalah 3 buah. Ternyata kapasitas bis dan jumlah peserta sungguh sangat tidak memenuhi. Peserta membludak dari target awal. Kesepakatan panitia di awal mengenai target peserta adalah 100 orang, namun setelah beberapa hari dibuka pendaftaran dan penyebaran pamflet, animonya adem2 aja,hanya ada beberapa yang berminat tapi semuanya serba tidak pasti (dengan belum kembalinya formulir dan uang pendaftaran),berdasarkan pertimbangan tersebut,akhirnya kesepakatan panitia dalam rapat menetapkan untuk mereduksi target yakni jumlah peserta dan panitia adalah 100 orang,sehingga untuk keperluan transportasi dibutuhkan bus 3/4 sebanyak 3 buah dengan prediksi kapasitas 1 bis 3/4 adalah 30 orang untuk menampung panitia dan peserta.

Namun mendekati batas pendaftaran ternyata peserta membludak, jumlah peserta saja ada sekitar 102 orang(belum total dengan panitia,bahkan ada 15 orang calon peserta yang kami tolak dengan alasan sudah melebihi kuota dan memang mereka mendaftar di luar batas pendaftaran.Membludaknya peserta membuat Panitia bingung juga mesti bahagia atau kecewa, yang pasti sih disyukuri dan diantisipasi segala resikonya,,,kasian juga sih, liat peserta dan panitia yang berdesak2an di bis,mana panas pula dan macetnya perjalanan ke arah puncak yang sudah menjadi langganan di setiap liburan.

Akhirnya setelah heboh persiapan sana sini, bis berangkat sekitar jam 8. Kami team advance berada di mobil Apv mengambil rute sendiri lewat sentul city, sempat menyesal juga tidak PD mengajak bis melewati rute yang sama, karena awalnya memang suami sebagai sang supir masih belum yakin benar dengan rute tsb, jadi khawatir malah nyasar2(bawa bis kan berabe ngga bisa putar balik sembarangan. Alhamdulillah, ternyata rutenya mudah, jam setengah sepuluh kita sudah tiba di lokasi.

Tiba di lokasi lebih awal, panitia mempersiapkan tempat. Kasian ikhwannya yang hanya berempat, yang sangat mudah jika diabsen yaitu: Arthur (spesialis supir dan MC),Zulham (ketua Yayasan Mumtaz Amami dan terancam menjadi pengisi acara),Zeki (spesialis seksi sibuk peralatan,sound system dsb), dan Zainal alias UJ spesialisasi mentor, doa, dan pengisi acara... (hati nurani sempat tergilitik ingin bertanya: DIMANAKAH ENGKAU WAHAI IKHWAN GAMBIRRRRR????..he2,,tapi insyaAllah kami berhushudzon mungkin sedang SIBUK semua),mereka berjibaku dengan peralatan dan tentunya harus siap-siap ditembak mejadi pelaku utama di ACARA, mengingat kondisi keterbatasan tempat yang meleset dari perkiraan sebelumnya. Ternyata Aula yang bisa dipakai hanya satu dari 2 aula yang sebelumnya ditawarkan oleh pengelola tempat. Acara yang awalnya dipisah antara ikhwan dan akhwat terpaksa harus berubah TOTAL, karena hanya satu aula otomatis acara mau tidak mau, suka tidak suka harus digabung semua,dan sebagai konsekuensinya ikhwan yang berempat itulah tertuduh UTAMA untuk menanggung beban semua acara.

Pengalaman mengajarkan khususnya untuk team acara memang harus selalu SIAP berhadapan dengan segala keadaan yang tidak sempurna. Intinya harus proaktif dan tentunya kreatif menyusun ulang acara yang sebelumnya sudah dipersiapkan dengan sempurna tanpa membuat kacau semuanya. Sepuluh jempol untuk team acara akhwat(Debi,Lili,Cindy,Sundary, siapa lagi y? afwan jika belum tersebut semua) yang telah menyiapkan konsep acara dengan begitu sempurna. Dan mereka ini yang paling "SABAR" bagaimana tidak, demi acara yang padat mereka harus rela menunda makan(dapet giliran terakhir terus),atau ketika sedang makan di tengah2 harus di cut karena acara, dan......tidak sempat mandi di hari pertama(eh itu mah tidak hanya team acara saja, hampir semua panitia tidak sempat mandi kecuali yang saya tahu hanya 3 orang)

Setelah tiba di lokasi, peserta yang kelelahan karena macet dan harus berjalan menanjak dari pemberhentian bis menuju villa disambut hangat oleh panitia. Mereka dipersilahkan duduk di aula dan rehat sebentar yang dilanjutkan dengan sholat zuhur bersama di mesjid.Tiba giliran makan siang peserta disambut dengan konsep menu back to nature-nya ala panitia yakni ikan asin,lalap,sambal dan sayur asem. Alhamdulilah sih peserta sepertinya memahami alasan pilihan menu ini, menu standar untuk acara seperti sanlat.

Acara pembukaan dimulai setelah makan siang yakni sekitar pukul 12.30 yang dipimpin oleh MC tembakan Ust. Arthur Singgih dengan gayanya yang sepertinya serius tetapi ternyata asli kocak dan sedikit garing(alhamdulillah sih peserta justru seneng yang garing2 dan renyah2...cemilan kali), dilanjutkan dengan tilawah yang syahdu oleh ust. Zaenal Mutaqien (ust. tembakan juga) dan sambutan dari ketua yayasan Mumtaz Amami; Bpk. Zulham Effendi (kalau yang ini asli ketua yayasan bukan tembakan). Dalam sambutannya, Bpk. Zulham menjelaskan tentang latar belakang dari acara ini dan sedikit memberikan motivasi agar peserta sungguh2 mengikuti acara ini dengan baik dengan alasan banyaknya pengorbanan yang sudah panitia lakukan termasuk uang subsidi yang diberikan kepada mereka sebesar 130 ribu(UUD ujung2nya duit...) yang kita perjuangkan dengan peluh dan darah (lebay.com).

Acara dilanjutkan dengan pembagian kelompok dan pembacaan Tatib. Sesi berikutnya adalah materi pertama yang dibawakan oleh Ust.Zaenal dengan tema Ma'rifatulloh,yang bercerita tentang kisah seorang muslim dan seorang pendeta selanjutnya mohon maaf saya tidak sempat menyimak mengingat banyaknya urusan yang harus saya selesaikan di luar. Intinya sih kita harus bangga dengan keislaman yang Allah anugerahkan kepada kita. Peserta sih terlihat serius megikuti cuman sepertinya tipe peserta acara ITC ini pada kalem2 tidak ada yang kritis bertanya apa gitu...

Setelah materi I, acara di break untuk sholat ashar (karena panitia kelupaan untuk menjama sholat) yang dilanjutkan dengan mentoring dipimpin oleh para mentor.Selanjutnya adalah acara bebas, beres-beres dan mandi sore. HUjan mengguyur villa menjelang adzan magrib tiba. Peserta pun harus berhujan2 ria dari barak menuju mesjid untuk mengikuti sholat magrib yang dijama' dengan isya dilanjutkan dengan makan malam bersama soto yang kaya kecambah dan miskin ayamnya. Apalagi panitia terakhir hanya kebagian kecambah dan kuah serta kerupuk saja.....

Sesi berikutnya adalah materi II yang disampaikan oleh Ust.Yoppy Dirgantara yang baru saja tiba dari menado dan jam 11 siang landing di bandara Soeta langsung melesat menuju ITC demi menyampaikan materi Ahamatut Tarbiyah atau Pentingnya Menuntut Ilmu kepada peserta. Peserta ddisuguhi dengan tampilan slide demi slide yang menarik dan materi yang sistematis dari ustadz yang satu ini.Mereka dikejutkan dengan video2 tentang orang2 korban narkoba yang memiliki penyakit2 yang menjijikkan,...tentang ironisnya keadaan pemuda di masa lalu dan masa kini.

Sesi terakhir di hari pertama ditutup dengan renungan pengantar tidur bertema ibu yang dibawakan oleh Ust. Zulham dan Ust.Arthur. Diawali dengan pengantar video renungan tentang ibu yang diiringi nasyid Raihan. Peserta dibuat mengharu biru dan akhirnya menagis tersedu mendengar narasi renungan tentang IBU yang dibawakan sangat syahdu dan sendu oleh kedua narator tesebut. Bahkan ada yag menagis meraung-raung ketika diingatkan tentang dosa terhadap ibu dan bayangan seandainya selepas acara ini mereka pulang dengan keadaan ibu mereka sudah meninggal. Mereka diingatkan agar tidak menyiakan kesempatan yang diberikan dan melakukan yang terbaik untuk ibu mereka dan orang-orang tercinta dengan menjadi orang yang berguna. Tangisan mereka semakin pilu ketika diakhiri dengan putaran lagu ibu-nya mely Guslow...!!Renungan ini diakhiri dengan tugas membuat surat cinta untuk ibunya masing2...Peserta kembali ke barak dengan kedua mata sembam dam ada yang masih berlinangan air mata. 6 jempol abis deh untuk dua ustadz ini, sukses membabat habis butiran air mata dari tangisan peserta termasuk panitia!

Ada berita kecewa untuk panitia, pihak pengelola tempat ingkar dari janjinya, ternyata extra bed yang dijanjikan oleh pengelola tidak ada. So... panitia ikhwan harus rela tidur beralaskan karpet di aula pula...dan ada juga sebagian peserta ikhwan ikut tidur bersama di sana (mengingat terbatasnya tempat tidur di barak ikhwan). Sementara itu Panitia akhwat menggiring karpet ke barak akhwat, kita tidur layaknya ikan pindang yang sedang di pajang berjejer ria. Beruntungalah ada beberapa peserta akhwat yang tidak mau tidur di kasur tingkat bagian atas jadi ada sekitar 4 kasur hibah-an peserta yang bisa dimanfaatkan panitia akhwat.

Di hari kedua, sekitar pukul 3 pagi peserta dibangunkan untuk qiyamul lail bersama di mesjid yang dilanjutkan dengan muhasabah dan almatsurat pagi yang dilanjutkan dengan sholat subuh berjamaah. QL dan muhasabah dipimpin oleh pihak pengelola tempat.Di sini panitia sempat kecewa, karena sekali lagi pihak pengelola tempat meleset dari janjinya. Muhasabahnya hanya seadanya sangat jauh dari tempat pergaulan pemuda yang telah dijanjikan sebelumnya.Tapi sudahlah..panitia agak sedikit lega karena sudah merasa terbayar dengan acara renungan di hari sebelumnya.

Acara setelah sholat shubuh adalah olahraga yang dipimpin oleh panitia ikhwan dan sedikit game untuk akhwat dari pihak pengelola.Setelah sarapan lontong dan bakwan mulailah peserta ber-out bond ria.Mereka dibagi per kelompok untuk pos-pos tertentu. Ada Flying fox, memanah, berkuda dan High roof. Peserta dan panitia secara bergiliran ikut bergabung bersama. Alhamdulillah semuanya menikmati outbond ini.Di jam 9 peserta dan panitia menyelingi sarapan nasi goreng untuk tambahan tenaga. Acara outbond ini berakhir sampai jam 11 an. setelah itu peserta diinstruksikan untuk bersiap mandi dan jelang acara penutupan.

Sebelum acara penutupan panitia dan peserta disalami perpisahan dengan makan siang bermenu ayam, sambal dan lalapan. Sekitar pukul 1 siang peserta berkumpul kembali di aula ada penyampaian kesan dan pesan serta penyerahan awards untuk peserta dan kelompok terbaik.Dari kesan perwakilan peserta mereka menyatakan bahwa acaranya menarik, bagus, dan menyatakan perlu dibuat acara kelanjutannya setelah acara ini. Maka dengan itu panitia menawarkan bahwa insyaAllah akan ada acara kumpul kembali sekitar tanggal 11 atai 18 Juli mendatang (he2...masih PR sih konsepnya belum dibuat tuh panitia).

Akhirnya acara ditutup dengan doa oleh ustadz Zainal, panitia dan peserta bersalaman serta foto bareng peserta dan pantia. Peserta pulang menuju bis masing-masing dan berakhirlah sudah acara ITC gelombang I ini.

Dan Akhirnya panitia merasa LEGA meski masih banyak menyisakan PR dan kekurangan di sana sini yang harus segera dievaluasi. Meski sedikit LELAH tapi LELAH itu terjawab sudah, karena dakwah ternyata menghadirkan KETAGIHAN (addicted) tersendiri bagi para pelakunya. Meski dalam perjalanannya banyak masalah yang menguji setiap ikhlasnya niat dan kuatnya usaha, tetapi insyaAllah banyak menemukan “hiburan’ di sana, sungguh setiap kelelahan, Allah gantikan dengan kenikmatan yang tak dapat terlukiskan dengan kata-kata (jujur deh,,,InsyaAllah panitia ITC ngerasa juga kan?)

Rasa syukur tak henti-hentinya atas anugerah yang Allah limpahkan atas terselenggaranya acara ini dan Allah berkenan melibatkan kami sebagai pelakunya, karena disadari atau tidak bukan dakwah yang membutuhkan kita tapi kita lah yang membutuhkan dakwah ini. Ada tidaknya kita di dalamnya tidak akan menghentikan berputarnya roda dakwah itu sendiri karena Allah akan siapkan pejuang-pejuang dakwah pilihan lainnya.

Rasa bangga saya yang terkira atas saudara-saudaraku kader gambir tercinta yang sungguh luar biasa dengan segala potensinya yang berbeda beda bersatu padu untuk memberikan kontribusinya,berusaha memberikan yang terbaik yang mereka bisa. Berkenalan dengan karakter luar biasa di sana dan banyak belajar tentunya. Salut untuk Mba Yana sebagai ketua pelaksana yang begitu berkomitmen dari awal sampai akhir acara, meski saya tahu beliau begitu sibuk mengasuh ketiga anaknya yang masih kecil,namun subhanalloh...ketika amanah menyapa, hanya taat,ikhlas,totalitas yang bicara, tidak ada keluh kesah di sana. Begitu pula dengan Mba Najma,subahanalloh beliau sendirian bertanggung jawab penuh atas 90 peserta akhwat LP3I ketika di villa,beliau ketua merangkap semua pengisi acara,olehnya bisa terhandle semua dan beliau sambil tetap memperhatikan temen-temen panitia di yayasan.Begitu juga dengan team ikhwan(Arthur,Zulham, Zenal, Zeki,Yoppy dan Ali) yang sigap,siap sedia mengisi acara meskipun dengan persiapan yang seadanya tetapi insyaAllah hasilnya luar biasa(jadi tuing-tuing kepikiran buat Event Organizer untuk acara pelatihan2 islami, bagus tuh sepertinya). Tak lupa team acara(debi,Lili,Cindy,sundari) yang selalu stand by mempersiapkan acara yang berubah total semuanya. Tak lupa team mentor(Next, Tanti,Dini,Hesti, Nisa) yang sudah setia mendampingi peserta sekaligus panitia selama acara.Meski berhadapan dengan segala keadaan yang tidak sempurna,sungguh tidak ada keluh kesah di sana,hanya TOTALITAS yang mereka berikan...Pa Hastu sebagai ketua DPC Gambir yang senantiasa memberi support di sela-sela kesibukkannya,...Serta temen lain yang tidak bisa ikut ke villa tapi sudah berkontribusi banyak untuk membantu merekrut peserta dan menggalang dana (M EVi, Tiwi, Silmy, Umay, Herlina, Elok,Sania,Ambar, afwan tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya)

Akhirnya rasa terimakasih yang setinggi-setingginya tak lupa kami sampaikan atas nama panitia, terutama saya dari divisi fund rising kepada para donatur(mohon maaf namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu) yang telah ikhlas menginfakkan hartanya sehingga dengan itu acara ini dapat terselenggara dengan baik. Sungguh hanya Allah SWT sebaik-baik Pemberi Balasan. Semoga hartanya semakin BERKAH dan,,,mohon tidak KAPOK untuk tetap berkontribusi pada proyek2 dakwah kami ke depan.


Salam Cinta karena Allah dari kami Panitia ITC angkatan Pertama.
Selengkapnya...