Wednesday, November 29, 2006

Nemu Tips Bagus (Special 4 Me and Abang)

TIPS BERTENGKAR
Kalau bertengkar tidak boleh berjama’ah
Cukup seorang saja yang marah-marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama’ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika seorang marah dan saya mau menyela, segera ia berkata “STOP” ini giliran saya !
Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati : “kamu makin cantik kalau marah,makin energik …” Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramalsholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yangdikasihi… “duh kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimumenjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu ….”
Demikian juga kalau pas kena giliran saya “yang olah raga otot muka”, saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya tidak berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya :).
Maka kini giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah. pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama’ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama’ah selain marah

Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa (maksudnya masa lalu kita)
Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan dan bukan menghancurkannya.
Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya.
Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah “ungkapan rindu yang keras”. Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh. Bila teh yang disajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula), sepedas apapun saya marah,maka itu adalah “harapan ingin disayangi lebih tinggi”. Tapi kalau itu dihubungkan dgn kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan “Sudah tidak suka lagi ya dengan saya”, maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups saya telah membunuhnya, membunuh cintanya.
Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah … OK, marahlah tapi untuk kesalahan semasa, saya tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini …..

Kalau marah jangan bawa-bawa keluarga
Saya dengan isteri saya terikat baru beberapa masa, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Quran,seseorang itu tidak menanggung kesalahan fihak lain (QS.53:38-40).
Saya tidak akan terpantik marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain ke kancah “awal cinta yang panas ini”.
Kata ayah saya : “Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak”. Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari ma’afnya dari pada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri saya..”. Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usyah ditambah tambah dengan memusuhi mertua!

Kalau marah jangan di depan anak-anak.
Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita. Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi itu ‘kan bapak saya. Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar :
* Ibu : “Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu ?!!!”
* Bapak : “Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu, saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda????!!!!
* Anak : “…… Yaaa …ibu saya babu, bapak saya kuda …. terus saya ini apa ?”
Kita harus berani berkata : “Hentikan pertengkaran !” ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan.
Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata bahasa hati kita ???

Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat.
Pada setiap tahiyyat kita berkata : “Assalaa-mu’alaynaa wa ‘alaa’ibaadilahissholiihiin” Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yg sholeh …. Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustai Nya, padahal nyawamu ditangan Nya.
OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi …. Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau maghrib sebatas isya … Atau habis isya sebatas….??? Nnngg .. Ah kayaknya kita sepakat kalau habis isya sebaiknya memang tidak bertengkar …
Kalau kita saling mencinta, kita harus saling mema’afkan,
Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah “proses belajar untuk mencintai lebih intens” Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki.


SEMOGA BERMANFAAT....
Selengkapnya...

Dimulakan dengan bismillah...

Yap seperti nasyidnya Raihan dimulakan dengan bismillah..iseng2 ngisi blog spot, itung2 belajar nulis sekaligus bikin diary on line...meskipun rada2 ga pede...ini juga gara2 sering baca blog spot temen2 pada bagus2...jadi panas deh, pengen nyoba ikutan juga...mumpung fasilitas ada, di sekolah on line terus, jadi lumayan lah...

Hemmm..tuh kan bingung mo mulai dari mana dan mo ngomongin apa...
Cerita menghitung hari aja deh...yah,,,ceritanya saya lagi menghitung hari menunggu kelahiran si kecil yang prediksinya tanggal 2 Januari...do U know how I feel...deg2 an, seneng, serem sering denger cerita berdarah2...dijahit lah...diinduksi...divakum....dsb....ya Robbi sanggupkah??tapi bukannya ini adalah bagian dari kesempurnaan menjadi seorang wanita...kata orang belum sempurna yang namanya wanita kalau belum merasakan melahirkan...Pertarungan anatara hidup dan mati...Tapi kebanyakan temen bilang melahirkan itu sakit tapi nikmat, palagi setelah melihat si kecil buah hati tercinta...katanya rasa sakit itu langsung lupa...

Dan..terus terang, sampai detik ini saya merasa belum siap...gimana coba caranya melahirkan yang baik dan benar...harusnya ikutan gladi resik dulu kali, bgm cara ngeden yang baik dsb...tahu tidak, boro2 senam hamil, jalan pagi pun jarang paling tiap sabtu kita keliling monas, atau shopping di mall he2..bikin pegel kaki juga kan, atau pernah deh putar2 kontrakan...ngepel, nyuci dsb yang disaranin juga jarang banget dilakuin...bawaannya CAPE.. Terus belum lagi makan telor madu biar kuat tenaga, minyak kelapa biar bayinya licin, makan susu kacang biar putih, kacang ijo biar rambutnya gomplok, air zam-zam apalah...he2...jarang juga...duuh De...maafin umi ya...males begini...tapi any way, yang penting berusaha yang saya bisa dan terus berdoa berharap yang terbaik...

Semalem juga diingetin sama suami..de, dah minta maaf belm sama mama sama ayah kan umur kita siapa yang tau...itu kan istilah pertarungan antara hidup dan mati.. dah minta doanya mereka belum biar dimudahin...iya...ya...hiks sedih
Selengkapnya...